Minggu, 16 Maret 2014

hadiah terindah

Saya dan suami bukan tipe orang yang senang mendapatkan kejutan saat ulang tahun. Kami berdua selalu saling bertanya, “mau hadiah apa untuk ulang tahun?”. Jujur, saya sering menjawab bahwa do’a dari dia adalah kado ulang tahun yang terindah untuk saya. Kadang-kadang kami berdua (dan sekarang berempat dengan 2 anak) makan malam di luar untuk merayakan. Jadi lupakan pemandangan meniup lilin yang tersusun di atas kue, menerima kado tas atau sepatu, apalagi bunga. Hal tersebut jarang terjadi di rumah kami.
Suatu hari, ketika anak saya sudah tidur, saya menonton televisi local Singapura. Ada sebuah iklan layanan masyarakat yang sangat menyentuh hati. Intinya, tentang seorang nenek yang ingin memberikan kado istimewa untuk cucunya. Sayang, nenek tersebut tidak pernah sampai ke rumah karena mengalami kecelakaan. Lalu iklan tersebut kurang lebih menyatakan bahwa, “the best gift for your loved ones is yourself.” Saya lalu terdiam setelah melihat iklan tersebut dan dengan instant merenung bahwa betapa benar inti dari tayangan yang saya lihat tadi.
Lalu saya menatap suami yang sedang membaca buku di samping saya. Terlihat sedikit lelah karena sering pulang melewati jam kantor. Terkadang saya mengirim SMS untuk bertanya pukul berapa dia akan tiba di rumah. Mendekati 6 tahun usia pernikahan kami, gurat-gurat lelah karena begitu keras bekerja yang ada di wajahnya merupakan kado terindah yang setiap detik saya dan anak-anak terima. Kehadirannya di tengah kami adalah hal yang selalu ditunggu. Itu pun selalu ditambah bonus dengan begitu mudahnya dia membuat kami tertawa setiap hari.
Dan terbawa ke masa lalu, saya jadi ingat satu hal. Sebelum kami menikah, suami bertanya pada saya. Saat itu, dia memberikan pilihan apakah saya akan terus berkarir di tempat saya bekerja saat itu (yang mana merupakan perusahaan impian saya) dengan konsekuensi pisah negara (saat itu dia ditugaskan di luar negeri) atau ikut dia dengan konsekuensi melepaskan karir. Saya memilih yang kedua. Mengikuti suami bertugas di luar negeri dan menjadi ibu rumah tangga. Selain menjadi ibu rumah tangga, saya mulai menggali hobi lama, yaitu menulis. Suami tidak pernah sedikit pun memandang rendah posisi saya sebagai ibu rumah tangga. Bahkan dia selalu memberikan dukungan pada saya sehingga rasanya saya tidak sempat mengalami sindrom the grass is always greener on the other side. Melihat teman-teman yang menjadi wanita karir. I’m happy for them. Saya yakin setiap individu memiliki sendiri jalannya untuk berkembang. Semuanya membanggakan asal kita percaya diri dan melakukan tugas dengan sebaik mungkin karena semua itu adalah ibadah. Dengan menjadi ibu rumah tangga, saya yakin rumput di halaman rumah kami juga sehijau rumput tetangga.
Kini, kami tinggal di Singapura. Selain menjadi ibu rumah tangga, mengurus 2 orang anak, saya masih tetap menulis novel, dan terakhir menjalankan bisnis online yang saya kelola bersama seorang sahabat. Ketiganya bisa berjalan dengan baik dan selalu mendapat dukungan penuh dari suami.
Itu, kado terindah yang tidak hanya dia persembahkan untuk saya, tapi juga untuk keluarga. Mungkin itu sebabnya kenapa saya tidak pernah meminta kado khusus saat ulang tahun. Seperti kata pepatah, today is a gift that’s why it’s called present.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar